Saatnya kita kali ini mempermudah diri memahami isi sebuah buku dengan bahasa kita sendiri. Rangkuman baca diantaranya ataupun catatan-catatan kecil tentang isi buku akan lebih memudahkan diri kita megerti apa yng ada dalam buku tersebut. Ada dua buah buku yang saya sajikan milik Prof. Dr. Rachmat Joko Pradopo yaitu, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya dan Prinsip-Prinsip Kritik Sastra.
1. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya Karya Prof. Dr. Rachmat Joko Pradopo
Buku ini dimaksudkan untuk menanggapi atau mengantisipasi masuknya teori-teori sastra dan kritik sastra yang baru. Disamping itu juga untuk menanggapai kesusastraan Indonesia sendiri, terutama kesusastraan Indonesia modern. Pada saat ii sangat perlu adanya pemahaman terhadap kesusastraan Indonesia modern secara menyeluruh. Oleh karena itu perlu adanya penyusunansejarah sastra Indonesia modern, yang pada waktu itu sudah berusia 75 tahun sejak lahirnya sekitar tahun 1920. berdasarkan alasan ini Rachmat Joko menulis buku tentang teori dan metode penyusunan sejarah sastra, maka didalam buku ini disajikan tulisan ‘Masalah Angkatan dan Penulisan Sejarah Sastra Indonesia’.
Menurut Pradopo (2005:3) teori-teori dan metode kritik sastra Indonesia itu bermacam-macam, yang semuanya untuk konkretisasi dipandang dari sudut pandang teori tertentu. Oleh karena itu dalam buku tersebut tidak semua teri sastra dan kritik sastra dapat dipaparkan. Yang menjadi utamanya adalah teori sastra dan kritik sastra strukturalisme dan semiotik serta teori dan metode estetika resepsi yang sekarang sedang banyak dipelajari dalam kritik sastra ilmiah.
Adapun hal-hal yang dibahas dalam buku “Beberapa Teori Sastra, metode kritik dan Penerapannya” adalah:
1.Masalah Angkatan dan Penulisan Sejarah Sastra Indonesia.
Ada dua masalah yang harus dibahas dalam bagian ini. Pertama, masalah angkatan sastra dan yang kedua akan dibahas masalah penulisan sejarah sastra Indonesia. Yang pada intinya, masalh angkatan itu tak lepas kaitannya dengan penulisan sejarah sastra Indonesia, atau penulisan sejarah sastra Indonesia tak dapat mengesampingkan pemecahan masalah angkatan dalanm sastra Indonesia.
2.Sejarah Puisi Indonesia Modern: Sebuah Ikhtisar.
Pada umumnya sampai sekarang, yang dianggap sebagai tahun lahirnya kesusastraan Indonesia modern adalah tahun1920,tahun terbitnya (ditulisnya) roman Azab dan Sengsara (1921) oleh Merari Siregar. Sedangkan sajak Indonesia modern yang pertama adalah sajak “Tanah Air” yang ditulis oleh M. Yamin. Jadi sesungguhnya lahirnya kesusasraan Indonesia modern itu bukan hanya ditentukan oleh sastra prosa saja melainkan juga sastra puisi dalam Rosidi (1964:7).
3.Perkembangan yang Dialektis dalam Kesusastraan Indonesia Modern.
Dalam tahun 1980an, selama satu dekade, karya-karya sastra yang menampilkan latar sosial budaya daerah makin berkembang seperti tampak dalam karya-karya Linus Suryadi Ag dan Darmanto Jt. Adapula dalam novel-novel Y.B. Mangun Wijaya Burung-Burung Manyar dan Roro Mendut.
4.Pusat Pengisahan Metode Orang Pertama dan Perkembangn Dalam Roman dan Novel Indonesia Modern
Dalam bagian ini diuraikan pusat pengisahan metode orang pertama dan perkembngannya dalam novel dan roman Indonesia modern. Untuk menguraikan perkembangan itudipilih roman dan novel Indonesia modern yang menunjukkan adanya pusat pengisahan orang pertama dan perkembangannya. Roman dan novel yang menjadi sampel dalm bagian ini adalah Di Bawah Lindungan Ka’bah, Atheis, Girah untuk Hidup dan Untuk Mati, Olenka, Priyayi dll.
5.Kritik Sastra Indonesia Modern dan Perkembangannya.
Untuk menafsir, menganalisis dan menilai karya sastra adalah arientasi karya sastra yang menentukan arah atau corak kritik sastra. Orientasi karya sastra itu berdasarkan keseluruhan situasi karya sastra: alam (kehidupan) pembaca, penulis dan karya sastra. Berdasar hal itu ada empat orientasi, yaitu, mimetik, pragmatik, ekspresif dan objektif.
6.Konkretisasi sastra.
Istilah pemberian makna dalam sastra disebut konkretisasi. Dalm analisis karya sastra itu diuraikan unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian makna keseluruhan karya sastra akan dapat dipahami. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu adalah sebuah karya sastra yang utuh. (Hawkes, 1978:16) disamping itu sebuah struktur kemampuan yang utuh dapat dipahami makna keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur pembentuknya dan saling hubungan diantaranya dengan keseluruhannya.
7.Penelitian Sastra dengan Pendekatan Semiotik.
Penelitian sastra dengan pendekatan semiotik sesungguhnyamerupakan lanjutan dari pendekatan strukturalisme(Junus,1981:17) bahwa semiotk itu merupakan lanjutan atau perkembangan strukturalisme.
8.Analisis Puisi Secara Struktural dan Semiotik.
Untuk menganalisis struktur sistem tanda perlu adanya kritik struktural untuk memahami makna tanda-tanda yang terjalin dalam sistem (struktur) tersebut. Analisis struktural merupakan prioritas pertama sebelum yang lain-lain, tanpa itu kebulatan makna intrinsik yang dapat digali dari karya itusendiritidak akan tertangkap.
9.Hubungan Intertekstual dalam Sastra donesia.
Intertekstual hanya dapat dipahami dengan baik sesudah bagaimana wujud kritik sastra dan perdebatannya sepanjang sejarahkritik sastra. Dalam bagian ini pertama kali diuraikan mengenai wujud kritik dan perdebatannya.
10.Hubungan Iintertekstual dalm Roman-Roman Balai Pustaka.
Dalam hal ini makna karya sastra tidak semata-mata ditentukan oleh sruktur instrinsiknya saja, melainkan juga ditentukan oleh latar sosial budaya dan kesejarahannya.
11.Estetika Resepsi dan Teori Penerapannya.
Yang dimaksud estetika resepsi adalah estetika(ilmu keindahan) yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan atau resepsi-resepsi pembaca terhadap karya sastra. Dari dahulu sampai sekarang karya sastra itu selalu mendpat tangapan-tanggapan pembaca, baik secara perseorangan mauapun secara bersama-sama atau massal.
12.Tinjauan Resepsi Sastra Beberapa Sajak Chairil Anwar.
Karena sebagai pentair yang sangat penting karena sajk-sajaknya, maka drai waktu ke waktu sajak-sajaknya selalu mendapat tanggapan dari para pembaca sastra termasuk para kritikus, tanggapan tersebut bermacam-macam berdasarkan horizon jawaban masing-masing pembaca atau horizon harapan pembaca pada tiap periode.
13.Tanggapan Pembaca Terhadap Belenggu.
Melalui tanggapan pembaca dari waktu ke waktu ini maka karya sastra lebih terungkap dan nilai sastranyapun dapat ditentukan dengan lebih baik. Belenggu dari waktu ke waktu selalu mendapat tanggapan yang berbeda, bahkan juga pada waktu terbitnya(1940). Menurut Mr. Dajoh dalam Pradopo(2005: 236) Belenggu adalah buku modern, bahkan paling modern, amat baru penyajian isinya, disamping itu juga amat baru bentuk gambaran mengenai masyarakatnya dan kehidupan yang digambarkan pengaranganya.
2. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra Karya Prof. Dr. Rachmat Joko Pradopo
Dalam bukunya prinsip-prinsip kritik sastra Rachmad Joko Pradopo menjabarkan beberapa teori kritik sastra dan pelaksanaanya dalam kritik sastra modern. Pada awal-awal buku diulas tentang apa, bagaimana, seperti apa,hingga bentuk-bentuk kritik sastra. Adapun karya sastra yang dikritik dalam buku ini cukup banyak sekali. Seperti H.B Jasin, Amal Hamzah, Ajip Rosidi, J.U Nasution, Junus Amir Hamzah, Boen Oemajati, dan M.S. Hutagalung. Di dalam buku yang setebal 211 halaman ini banyak sekali mengulas serta membicarakan karya sastra yang bersangkut paut soal penilaian. Menurut Rachmat Joko Pradopo sendiri, kritik sastra adalah ilmu sastra yang berusaha menyelidiki karya sastra dengan langsung menganalisis, memberi pertimbangan, baik-buruknya karya sstra, bernilai seni atau tidaknya.
Sedangkan seorang kritikus menurut Rachmat Joko Pradopo sendiri adalah “hakim” harus berpegang teguh pada kebenaran juga kejujuran karena ia haruslah adil. Jadi dalam menilai ia haruslah objektif dan dapat melepaskan perasaan senang dan tidak senangnya. Ia hanya mencari kebenaran, tidak menambah-nambah, tidak pula menguranginya bila baik dikatakan baik, dengan alasan dan sandaran-sandaran yang dapat diterima akal dan budi manusia.
Pada pokoknya kritik sastra mempunyai tiga kegunaan diantaranya; pertama, berguna bagi ilmu sastra sendiri, kedua bagi perkembangan ilmu kesusastraan dan yang ketiga berguna bagi masyarakat pada umumnya yang mengininkan penerangan dalam karya sastra. Sedangkan menurut bentuknya kritik sastra terbagi menjadi kritik teori, kritik praktik dan kritik terapan. Kemudian jika dilihat dari pelaksanaanya, kritik oleh Abrams dibagi menjadi kritik judisial, dan kritik immpresionistik. Sedangkan berdasarkan pendekatannya terhadap karya sastra Abrams membagi kritik sastra kedalam empat tipe. Kritik mimetik, kritik pragmatik, kritik ekspresif, dan kritik objektif.
Dari sini terlihat betapa pentingnya kritik sastra itu, apalagi dalam kesusastraan Indonesia yang masih muda. Selain itu kritik sastra berguna pula untuk menyusun ilmu sastra, berguna pula untuk para penulis muda yang sedang memperkembangkan bakatnya. Sangat menyenangkan apabila khasanah sastra Indonesia bertambah dengan terbitnya buku semacan prinsip-prinsip kritik sastra karya Rachmad Joko Pradopo.
Rabu, 06 Mei 2009
Langganan:
Postingan (Atom)